Rabu, 29 Januari 2014

Celimpungan Kuliner Khas Palembang yang Terbuang




Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Kota Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km². Kota ini akan diwacanakan akan menjadi ibukota Indonesia setelah Jakarta. Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang. Ini baru perkiraan.


Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Selain itu kota ini  menjadi salah satu kota tertua di Nusantara berdasarkan bukti prasasti yang dijtulis pada tanggal 16 Juni 682. Salah satu ikon kota ini adalah Jembatan AMPERA dengan kuliner yang khas adalah pempek.



Selain pempek, ada juga kuliner yang unik dan terlupakan khas Palembang. Celimpungan, ya makanan ini salah satu kuliner khas kota Palembang setelah pempek. Celimpungan namanya kian tenggelam setelah Pempek semakin dikenal masyarakat.

Celimpungan adalah makanan yang berasal dari Sumatera Selatan. Bahan dasar celimpungan adalah adonan sagu dan ikan seperti halnya empek-empek yang juga berasal dari Sumatera Selatan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada bentuk dan kuahnya. Celimpungan berbentuk bulat dengan diameter 10 cm dan tipis (pipih) hampir seperti bakso. Kuahnya terbuat dari santan dan racikan bumbu-bumbu lainnya. Celimpungan dimakan bersama sambal gorengnya.



'Celimpungan' ini dapat disajikan dengan lontong, sayur dan juga lauknya atau dapat disajikan sendiri, biasanya jika datang hari raya 'Celimpungan' menjadi salah satu favoritnya.

Menurut tetanggaku yang asli orang Palembang OKU, Celimpungan sebenarnya ada dan terkenal lebih dahulu sebelum pempek. Namun karena beberapa wisatawan lebih menarik memakan pempek. Jadilah pempek yang lebih dikenal.

"Menurut orang-orang Palembang lama di kampungku, dahulu itu orang ingin alternatif lain untuk mencicipi celimpungan tetapi tanpa saus cuka. Maka mereka bereksperimen dengan menggunakan santan yang dicampur rempah-rempah, seperti kunyit, lengkuas, serai, dan sebagainya. Maka terbentuklah celimpungan. Mengapa dinamai celimpungan? Nama celimpungan sendiri diambil dari kata cemplung. Dimana pada saat memasukkan bakso ikan kedalam kuah santan yang mendidih menimbulkan suara ‘plung’.  Akhirnya bakso ikan ini dinamakan dengan Celimpungan." ujar tetanggaku
 

Celimpungansangat enak disantap kapan saja. Jika hari raya idul fitri tiba, kuliner ini biasanya paling diburu selain pempek. Untuk mencicipi Celimpungan di kota Palembang, rasanya tak sulit karena ini menjadi makanan khas hari raya. Pada saat itu Celimpungan tersedia di mana saja, mulai dari warung kaki lima hingga hotel bintang lima. Harganya yang dibanderol pun bervariasi, mulai dari 500 rupiah/butir sampai 2500 rupiah/butir. Kalau di kampungku sendiri, celimpungan dijual dengan harga 3 butir = 2000 rupiah. Gak percaya? silahkan datang ke sini pada saat hari raya Idul Fitri dan HUT kota Palembang dijamin kalian akan mudah mendapatkannya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar